top of page
Search

Pentingnya Kesadaran Diri dan Kasih Sayang Keluarga

  • Mar 28, 2018
  • 3 min read


Akhir-akhir ini kita mendengar melalui berbagai media, berbagai peristiwa yang menurut saya sangat memprihatinkan (untuk tidak mengatakan miris). Ada anak SMA yang membunuh sopir taxi online, ada pembunuhan terhadap selingkuhan dan mayatnya di cor dengan semen, korupsi yang tidak ada henti-hentinya, hingga dokter yang membantu merekayasa suatu kondisi medis, karena ingin melindungi seorang tersangka korupsi.

Menyelami keadaan anak SMA tersebut di atas, rasanya seperti mimpi buruk, bagi si anak maupun keluarganya. Di sel kantor polisi, ketika kesadaran akan kesalahan yang dilakukannya berangsur-angsur pulih, ia akan merasakan betapa penyesalan yang mendalam pasti akan terus menyiksanya...setiap pagi bagaikan mimpi buruk yang dia rasakan ... Terlebih dalam kasus pembunuhan, sering pelaku merasakan keadaan dimana orang yang dibunuh akan terus mengikutinya. Tidak jarang dalam berbagai kasus pembunuhan, bahkan yang sudah bertahun-tahun tidak terungkap, akhirnya pelaku menyerahkan diri kepada polisi karena tak kuat menahan bayangan korban yang menghantuinya. Apakah anak SMA ini tidak mengerti tentang hukum membunuh? Dari segi umur dan tingkat sekolahnya, rasanya mustahil untuk tidak mengetahui resiko membunuh, mengapa ia melakukannya?? Yaa...dikarenakan kesadaran dirinya sering kosong...

Pada beberapa kasus korupsi, terutama yang dilakukan oleh pimpinan daerah, gubernur, bupati atau walikota, dan kejadiannya sangat beruntun, apakah mereka tidak belajar dari berbagai kasus menimpa “teman-teman” mereka sesama pimpinan daerah? Apakah para pimpinan daerah ini tidak “melek” hukum? Berapa banyak yang sudah tertangkap dengan operasi tangkap tangan (OTT) KPK, mengapa terus saja terjadi, bahkan beberapa kepala daerah bahkan perempuan?

Belum selesai pikiran-pikiran yang terus berputar dalam otakku, aku mencoba menata dari dalam keluarga kecilku, dengan memberikan nasihat-nasihat pada anakku yang laki-laki, yang kini duduk di bangku SMA. Entah nasihatku di dengar atau tidak, tapi kewajibanku sebagai orangtua adalah memberikan pengarahan yang benar tentang kehidupan ini. Secara terus menerus tanpa rasa bosan. Yang seringkali aku sampaikan kepada anakku adalah pentingnya kesadaran dalam melakukan tindakan apapun. Kesadaran menjadi sangat penting di kehidupan seperti sekarang ini, dimana pengaruh teman, bacaan, medsos, film dan lain-lain, telah mempertontonkan berbagai tindak kekerasan, kesadisan, kebengisan yang luar biasa. Berbagai kasus di atas sesungguhnya adalah “matinya” rasa dalam diri seseorang sehingga mereka tega melakukan itu semua. Dan disinilah pentingnya penguatan di sisi keluarga, untuk selalu terbuka, saling welas asih, peduli dan rasa kasih sayang yang mendalam antar sesama.

Pada kasus korupsi misalnya, akibat yang ditimbulkan bukan hanya mengenai diri pelaku, tetapi juga keluarga dan anak-anaknya. Dalam hal ini, anak-anak mereka yang di bawah umur, belum mengetahui sepenuhnya apa yang menimpa orang tuanya, tetapi mereka sudah menerima berbagai penderitaan psikologis, baik di sekolah maupun hidup di lingkungan masyarakat pada umumnya. Dan hal itu harus ditanggung dalam jangka waktu yang sangat panjang. Bahkan turun tumurun.

Pada berbagai diskusi dengan teman-teman dan guru kehidupan, kesadaran diri seseorang harus selalu dibangkitkan setiap saat, darimana kita berasal, dimana posisi kita sekarang dan ke mana kita setelah meninggal. Ibarat perjalanan menuju suatu tempat, kita harus selalu melihat GPS, supaya jalan hidup kita terarah, dan sampai di tempat tujuan. Betapa banyak orang yang “menderita” lahir batin, karena hal-hal sepele yang merusak kebahagiaannya. Betapa banyak teman kita yang menyenangkan, mengapa kita selalu saja ingat pada satu orang yang menjengkelkan. Ibarat kita tamasya, hanya karena ketinggalan kamera (jaman ketika handphone belum ada kamera), rusak semua kebahagiaan di tempat wisata. Orang-orang jaman now, lebih banyak “menderita” oleh hal-hal yang sangat remeh temeh, dan menghilangkan kebahagiaan hakiki. Energinya terkuras oleh medsos, komentar kawan, dan hidupnya seakan runtuh oleh celoteh orang yang bahkan kita tidak mengenalnya dengan baik, hanya kenal lewat media internet.

Kembali ke korupsi, ada beberapa cerita yang saya dengar dan semoga bisa menghantarkan kesadaran kita tentang kondisi dan parahnya korupsi di Indonesia. Negara-negara lain, katakanlah Negara A, korupsi (dalam hal ini suap menyuap) dilakukan di bawah meja (dilakukan dengan sembunyi-sembunyi), sementara itu di Negara B, lebih terang-terangan lagi, suap menyuap dilakukan di atas meja, nah di Indonesia, di bawa sama meja-mejanya…. He he he

Negara seperti Korea Selatan menjadi maju karena ia sangat takut dengan Negara tetangganya Korea Utara, Singapura maju karena ia takut dengan Negara sekelilingnya, nah Indonesia, bahkan kepada Tuhanpun tidak ada rasa takut, pengadaan kitab suci di korupsi, semua pejabat dilantik dengan kitab suci, tetapi mereka tetap korupsi, suatu bukti bahwa merekan sama sekali tidak takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mari kita bersama sama mendidik keluarga kita. Dan kita saling mengingatkan...karena dalam keluarga sayapun ada banyak yang harus dibenahi... untuk memiliki kesadaran dan rasa takut kepada Tuhan, supaya kejadian-kejadian yang mengerikan yang menimpa negeri ini dapat segera berakhir…..

Ikuti beberapa tulisan dg link ini https://endahtyara.wixsite.com/damai

 
 
 

Comments


“Penutur Kehidupan”, itulah cita-cita yang sedang terus dipelajarinya. Ia kuliah di Universitas Kehidupan (”Live University”), mengambil Fakultas ”Keikhlasan”, Jurusan ”Pikiran dan Tindakan Positif”. Pekerjaan sehari-hari adalah wiraswasta, khususnya pengadaan seragam di kantor BUMN, Bank dan Rumah Sakit. Diwaktu luang saya hobby menulis, kisah sejati yang menyentuh, menyemangati dan menginspirasi. Cita-cita tertinggi adalah Husnul Khotimah. (akhir yang baik)

Join my mailing list

© 2018 by The Book Lover. Proudly created with Endah Tyara

bottom of page