DAHSYATNYA BAHASA HATI, WALAUPUN DI DUNIA MAYA
- Apr 19, 2018
- 4 min read
S

eumur hidupku pakai facebook baru 1 bulan yang lalu, instagram baru 3 bulan yang lalu. Orang-orang sejak dulu hingar-bingar menggunakan itu. Aku memilih tidak memakainya, karena aku tipe yang agak mudah terganggu jika ada komen-komen atau tulisan-tulisan tentang yang berbau sindiran, perdebatan atau permusuhan, apalagi ada istilah haters, yang dalam pemikiranku yang sederhana, para haters ini adalah orang-orang yang berseberangan dengan para follower. Sifatku memang, kalau sekiranya tidak pas dihati, lebih baik aku tidak ingin melihatnya, walaupun itu tidak ditujukan kepadaku. Mungkin mereka itu sedang saling ribut sendiri, tapi tetap saja aku merasa kurang nyaman. Aku merasa bisa jualan tanpa itu.
Pada saat aku baru menggunakan ig dan fb, aku menikmati sekali, sampai jadwal jadwal lain tertunda atau terabaikan. Yang biasa mengaji jadi bolong-bolong. Sejak aku menyadari hal ini, aku mulai mengatur jadwal-jadwal liat liat fb nya. atau ig.Dan menyelaraskn dengan kewajiban2utama yang lain....
Senangnya fb an dengan saling memberi jempol dan komen. Yang terbaik bagiku adalah tes ketulusan hati. Memberi jempol atau love sebagai simbol bahwa aku tulus mengungkapkannya...bisa untuk belajar Tulus...saling memberi saling mengisi...ini positivenya ig dan fb. Dan banyak skl yang positive lainnya. Misalnya ajang promosi.dll. tapi juga dituntut pandai pandai mengatur waktu.
Group-group dalam WA pun aku sangat membatasi. Aku sadar diri, kalau koneksi respon batinku dan otakku terlalu cepat, sensitif sebutan umumnya. Kalau kebetulan ada yang kurang pas, kadang aku inginnya langsung jebred merespon atau istilah betawinya “nyolot”. Seperti misalnya ada group komplek yang tiba-tiba ada orang yang dengan entengnya memposting foto cewe berpose seksi dan fulgar, itu bagiku mengagetkanku dan pasti memancingku untuk merespon keras. Langsung tanpa tedeng aling-aling.
Oleh karena itu, putraku selalu trauma dengan cerita tentang group WA. Putraku sering berucap.."pasti bisa membuat ibu jadi tidak nyaman, konflik atau dibuli oleh orang yang merasa berseberangan." Aku sering merespon sesuatu yang berbau kesal lewat tulisan. Aku sadari itu kurang baik, karena sampainya melalui proses diudara. Sehingga jika kita nadanya sudah kesal, sampainya ke lawan komunikasi kita akan terasa lebih menyakitkan. Apalagi menelpon orang disaat emosi, terasa disananya sangat mencekam, kita tidak tahu lawan komunikasi kita sedang sedih atau berduka. Dan bahasa dalam WA atau SMA atau FB atau IG, itu tetap saja bahasa hati, dimana sangat mudah dideteksi orang yang bersangkutan sedang bagaimana kondisi hati dan pikiran kita. Pendek-pendek kesombongan atau panjang panjang menyebalkan atau panjang pendek selalu nyaman dirasakan, itu bahasa mentor-mentorku. Ada kakak atau kakak sepupu, adik=adik sepupu atau bahkan dari orang orang lain. Yang aku memberi julukan memiliki bahasa Dewa bahasa bijak. Saat aku menerimanya selalu "Nyeeesss" seperti dalam guyuran es dipanas terik. Walaupun itu mengandung maksud nasehat tegas. Itu yang kupelajari, bahwa pasti bahasa itu keluar dari orang yang selalu tulus menjaga hatinya.
Saat ini beda dengan jaman dulu dimana aku terkenal dengan... sedang galau tulis status, sedang marah tulis status. Untuk saat ini, bagiku gengsi sekali memposting kegalauan, karena kalau aku posting galau takut dinilai tidak tegar, tidak tangguh atau cengeng. Aku juga tidak lagi memposting status- status kemarahan karena bagiku kalau memposting kemarahan, aku telah kalah, telah memenangkan gerombolan setan setan berpestaa pora menyoraki, atau mereka merasa menang, karena aku membayangkan bagaimana prosesnya dari pikiranku dari hatiku menari nari diangkasa, ditarik tarik para setan, bahwa tulisanku akan menjadi mudorot atau manfaat, berbobot atau tidak berbobot.
Pertempuran di dunia maya itu yang bisa menentukan kehormatanku, menentukan aku dinilai seperti apa oleh seisi jagat raya ini, menjadi terhormat atau sebaliknya, menjadi yang dicap angkuh atau rendah hati, menjadi yang dicintai atau menjadi yang dibenci. Maka itu aku belajar sekuat jiwaku mengendalikan postinganku.... aku lebih banyak mengirim pesan dengan SMS, karena SMS itu menghindari di cap sombong jika sebelum bisa membalas atau merespon, jika sudah dibaca atau belum, kita yg komunikasi tidak terlalu tahu.
Yang menjadi pembelajaranku.... pembisnis itu pamali sekali memperlihatkan bermusuhan dengan pihak lain karena pasti menjadikan bisa dimanfaatkan oleh pembisnis lain untuk merangkul para client. Karena pembisnis maju dan tidaknya ditentukan oleh bagaimana sikapnya merangkul dan menciptakan hubungan baik dengan para client. Kadang aku merasa telah mempertaruhkan segala kesabaranku untuk menjaga client atau customer, karena kelompok ini adalah bala tentara Alloh yang dilewati rizki untukku. Aku terus dan terus mempelajari batinku, karena dikala aku bicara yang mengandung unsur kebenciian atau secara emosional, mau dibungkus seperti apapun, bahasa menyakitinya terasa di hati orang lain. Lawan bicara kita dan orang lain akan balas menyakiti kita, walaupun sesudahnya kita akan ngeles membela diri setelah kita merasa sadar bahwa lawan komunikasi kita tidak pantas jadi musuh kita. Karena bisa jadi orang yang dianggap musuh kita adalah orang yang tulus kepada kita....Oleh karena itu, ada orang yang nadanya bawel banget tapi kalau bicara ngga ada yang bikin sakit hati, tapi ada yang kata-katanya tidak banyak intonasinya tidak tinggi tapi menyayat seperti sembilu. Yang lebih celaka, banyak bicara dan keluar dari hati yang keruh dan menimbulkan goresan-goresan, apalagi tanpa merasa bersalah. Hati hati BAHASA HATI MENYENTUH HATI.
Karena aku tidak suka bepergian, maka diluar jam kerjaku aku menikmati sekali dengan menulis. Di blog ini ada banyak tulisan tulisanku yang sedang di proses mnjadi Buku. Aku Menulis apa saja kisah-kisah sejati keseharian yang mengharukan, yang menyentuh yang memotifasi. semoga bisa memberi manfaat. Aamiin...
https://endahtyara.wixsite.com/damai
Comentarios