DOKTERKU YANG BAIK TELAH BERPULANG (Kesan Mendalam dengan RSIJ Cempaka Putih)
- Apr 24, 2018
- 6 min read
Updated: May 14, 2018

Ini adalah cerita 6 tahun yang lalu. Di tahun ini, aku sering mengalami sakit kepala. Dari tengkuk sampai ubun-ubun terasa tegang dan sakit sekali. Saat itu, aku memutuskan untuk memeriksakan diri di sebuah RS yang cukup terkenal dan mewah. Di sana, sang dokter mengharuskan aku untuk menjalani pemeriksaan lengkap. “cek darah lengkap dan lain-lain”, begitu kata sang dokter. Setelah hasil pemeriksaan lengkap itu keluar, dokter tersebut menyatakan bahwa aku menderita pengentalan darah yang cukup serius. Sang dokter mengharuskan aku untuk minum obat pengencer darah secara terus menerus tanpa henti minimal 6 bulan. Aku berkata dalam hati, "Duh, gawat, seperti obat untuk penderita TBC nih."
Selama berbulan-bulan aku minum obat yang diresepkan oleh dokter. Beliau juga mengatakan bahwa agar lebih cepat pemulihannya, aku harus menebus obat paten di apotik. Pada hari-hari saat aku minum obat paten tersebut, aku sering terasa “fly” dan kadang efeknya mual kurasakan hingga berhari-hari. Setelah berbulan-bulan hingga hampir satu tahun, sakit kepalaku tak kunjung hilang, bahkan tidak berkurang sedikitpun. Aku adalah orang yang konvensional. Aku masih berpikir, kalau rumah sakitnya mewah, pasti dokternya pun mewah dan pasti sangat pintar. Hanya itu saja yang aku yakini. Aku tidak mencari second opinion ke rumah sakit lain atau dokter lain. Karena tak kunjung sembuh, bahkan kemudian sakitnya menjalar ke bagian dadaku, aku memeriksakan diri ke dokter jantung di rumah sakit mewah tersebut. Kali ini, dokter jantungnya tampak lebih tenang dan lebih terasa tidak ngoyo dalam memberi resep obat. Beliau berkata, "Tak ada masalah dengan jantung ibu. Semua baik-baik saja. Mungkin ibu sedang banyak pikiran atau masuk angin." Saat itu, aku tidak diberikan resep obat. Hanya saja, dokter jantung ini menyarankan agar aku menjalani terapi sakit maag secara alami. Aneh ya, dokter jantung ini sama sekali tidak meresepkan obat kepadaku, tidak seperti dokter-dokter lain yang berlomba memberikan obat paten untuk pasiennya. Setelah aku pulang, tengkukku masih saja terasa sakit.
Teman-temanku sering mengatakan bahwa sakitnya mungkin karena kolesterol. Tapi aku berpikir, masa kolesterol saja bisa bikin sakit kepala seperti ini. Lalu seorang teman memberi saran untuk berpuasa. Lalu akupun mulai belajar tentang puasa dan penyembuhan. Walaupun dalam keadaan sakit, aku memaksakan diri untuk terapi puasa Daud dan Alhamdulillah terasa lebih enak. Emosi lebih terkontrol, tidak lagi meledak-ledak. Kondisi fisik tubuhku berubah dengan sendirinya karena terapi kejiwaan ini. Kemudian aku seperti kecanduan penyembuhan dengan berpuasa dan hasilnya tubuhku terasa lebih ringan dan batin lebih tenang.
Namun sakit kepalaku masih sering sekali muncul, walalupun tidak sesering dulu. Aku memutuskan untuk kembali melakukan pemeriksaan ke rumah sakit mewah itu lagi. Aku harus pulih seperti dulu, tanpa sakit kepala sama sekali. Dokter yang sama masih menganjurkan hal yang sama. Aku masih melanjutkan obat pengencer darah, tetapi sakit kepalaku tetap tidak juga sembuh. Lalu aku menghubungi beberapa teman untuk bertanya lebih serius dan detail. Aku juga bertanya kepada sepupuku yang juga seorang dokter di Surabaya. Mereka semua heran. Temanku mengatakan jika pengencer darah diminum secara terus menerus juga bahaya karena akan merusak ginjal. Dan akupun semakin bingung. Sakit kepala makin buruk bahkan menjalar ke sakit yang lain seperti maag dan lain-lain.
Karena tidak tahan oleh sakitnya, aku berpikir untuk mencoba berobat di rumah sakit lain. Akhirnya aku memeriksakan diri ke Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih (RSIJCP), menemui teman-temanku. Oleh beberapa temanku, aku disarankan untuk ke dokter Samino. Salah seorang temanku yang bekerja di RSIJCP tersebut bertanya, "Bun, mau berobat dengan BPJS atau pribadi? Kalo BPJS harus antri dari pagi." Karena penasaran dan sudah tak sabar, aku bilang, “Tidak usah BPJS, pribadi saja. Aku harus memeriksakan semuanya.” Aku datang ke rumah sakit Islam pada sore hari. Dokter Samino adalah dokter syaraf senior. Beliau sudah sepuh sekali. Beliau adalah tipe dokter yang galak, lebih tepatnya berkarakter. Menurutku, beliau baik dan sangat informatif. Dokter Samino ceramah panjang lebar. Beberapa kalimat yang selalu aku ingat diantaranya adalah, "Yang ikhlas, yang tawakal. Kamu adalah orang yang terlalu menggebu-gebu saat melakukan sesuatu, itu kelihatan sekali. Coba kamu baca surat-surat pendek saja yang ada di Al Quran. Kalau mau makan berdoa, melakukan apapun jangan lupa selalu berdoa." Aku senyum-senyum saat dokter Samino mengatakan hal tersebut. Dokter Samino memintaku menjalani CT Scan, periksa darah lengkap dan lain-lain. Semua pemeriksaan itu kujalani di RSIJCP. Aku baru tahu bahwa ternyata RSIJCP itu lengkap, tak kalah dengan rumah sakit bagus dan mewah. Walaupun tampilannya lebih sederhana, aku merasa nyaman. Hari itu, dokter Samino belum memberi obat, bahkan saat kutanya apakah ada resep, beliau mengatakan bahwa beliau tidak mau memberi obat.
Dua hari kemudian, aku kembali ke RSIJCP untuk mengambil hasil pemeriksaan . Aku berdebar-debar menunggu dokter Samino membacakan hasil pemeriksaan. Karena nervous, aku bertingkah seperti seorang anak kecil yang merajuk kepada bapaknya, “Jangan-jangan saya kena kanker otak ya dok? Atau tumor, atau sakit parah ya dok?” Dengan suara yang sangat menenangkan, dokter Samino berkata, "Kamu itu tidak sakit apa-apa, hasil CT Scan kepalamu semua normal dan hasil pemeriksaan darahmu juga normal, Jadi, kamu itu sehat wal’afiat." Saat itu, aku seperti ingin berteriak, "Lalu kenapa kepalaku sakit terus, dok?" Nada suaraku pasti terdengar tak sabar. Dokter Samino menjawab, "Itu cuma kolesterol saja agak tinggi, 240. Normalnya 190. Itu juga cuma agak tinggi saja, jadi, mudah sekali dinormalkan lagi."
Waaaah….. Saat itu lega rasanya, Alhamdulillah ya Allah….. Ucap syukurku kepada Sang Pencipta. Saat itu, badanku terasa lebih segar. Dokter Samino tidak memberiku resep obat paten yang mahal, namun beliau memberi wejangan dan doa-doa. Sebagai rasa syukurku, aku menyimak lebih seksama, tentang ikhlas, tentang sabar. Untuk kolesterolku, dokter Samino memberiku hanya satu macam obat generik, yang harus kuminum secara rutin sekitar 15 hari. Setelah itu, aku harus kembali kontrol untuk periksa darah lagi. “Nanti kalau sudah normal hentikan, berdoa lebih banyak, lebih khusyuk. Hati dan pikiran dibenahi. Kerja jangan terlalu diforsir dan jangan lupa olahraga. Juga pelajari makanan-makanan yang dibutuhkan oleh tubuh agar tetap sehat. Jangan memanjakan dengan makan yang hanya dibutuhkan lidah. Misalnya yang gurih gurih.... ", demikian pesan dokter Samino.
Aku pulang dengan wajah berseri-seri dan hati senang. Aku minum obat generik yang sederhana dan murah itu. Aku sangat menghayati perubahan-perubahan pada rasa sakit di kepalaku. Sehari berkurang sedikit sakitnya, 3 hari kemudian, sudah tidak tegang lagi kepala dan tengkukku. Dan 5 hari kemudian sakitnya sudah hilang sakitnya dan aku jauh lebih rileks. Alhamdulillah ya Allah…… ternyata cuma ini obatnya. Kenapa hampir tahunan baru aku temukan? Aku menghubungi teman-temanku yang bekerja di RSIJCP. Orang pertama yang kuhubungi adalah orang Purwokerto. Dengan suara histeris dan dalam bahasa Banyumasan yang kental, aku hampir berteriak, "Buuunnn....nyong wis ilang lara sirahe. Wis mari... mari... mari...” (Saya sudah hilang sakit kepalanya... Sudah sembuh... sembuh... sembuh...).
Sekarang, nyaman sekali, kepalaku dan badanku tidak lagi terasa gak karuan. Aku bisa merasakan bahwa otot-otot sangat rileks. Aku tetap melanjutkan terapi dengan puasaku agar semuanya jadi lebih enteng. Alhamdulillah…... hanya karena-Mu ya Allah…
---
Inilah renunganku, waktu aku sakit di bagian dada, yang kutakutkan itu sakit jantung. Dokter spesialis jantung rumah sakit mewah itu benar. Aku memang banyak pikiran Itu karena selama berhari-hari aku selalu memikirkan sakit apa ya, sakit apa ya, kepalaku isi apa yaa...... Itu dia penyebab utamanya…….
Sekarang, setiap kurasakan badanku terasa sakit, maka aku langsung berkata dalam hati, “Insya Allah nggak apa-apa…. Besok olahraga juga sembuh, hari ini banyak ngaji juga pulih, besok puasa juga enteng lagi.” Jadi, kalau anda merasa badan anda sakit, saran saya adalah rilekslah, ringankan pikiran, ringankan batin dan coba periksa kesehatan secara lengkap dan menyeluruh.
Hal berikutnya yang aku bisa pelajari dari sini adalah, semua orang punya pandangan masing-masing. Rumah Sakit Islam pasti biasa-biasa saja, dianggap tak mewah atau tak lengkap, tak sebersih atau tak secanggih rumah sakit mewah yang bertebaran di Jakarta. Padahal, kenyataannya, Rumah Sakit Islam khususnya Rumah Sakit Islam Jakarta CP itu, luas, lengkap, canggih dan bersih, dan Insya Allah lebih manusiawi. Begitu juga dengan Rumah sakit rumah sakit Islam lainnya diseluruh negeri ini. Insya Allah melayani dengan setulus hati.... Pengalamanku di ruma sakit Islam Jakarta... dokter dan karyawannya lebih jujur, mungkin karena sudah terbiasa dengan aturan bahwa kerja adalah ibadah yang merupakan kewajiban manusia untuk mengamalkan ilmu dan ketrampilannya yang harus dilakukan dengan tulus ikhlas.
Saat aku menulis ini, dokter Samino sudah almarhum. Namun, semua pesan-pesannya selalu kuingat dan Insya Allah selalu kujalankan. Beliau membantu membuat hidupku lebih sehat lahir dan batin. Aamiin...
"Jika diri kita merasa sakit dan penyakitnya biasa saja, maka obatnya adalah melawan penyakit itu dan selalu bersugesti positif...... Dan jika kondisi sakitnya serius, obatnya adalah tidak takut dengan apapun yang Allah tentukan. Kenapa kita mesti takut? Sedangkan Allah itu penguasa bumi ini yang bisa memberi kita segala-galanya. Bahwa sakit itu adalah sedang diberi oleh Allah kumpulan pahala yang Maha Dahsyat. Dijanjikan oleh Allah digugurkannya dosa dosa kita....Dan kita tinggal mengatur kesanggupan dalam menerimanya.... Allah Maha baik kepada kita...... Kita harus selalu berserah diri, bersimpuh kepada-Nya...... Maka kekuatan kita akan selalu ditambah dan selalu menjadi nyata...... Aamiin......"
https://endahtyara.wixsite.com/damai
Comments