top of page
Search

DAHSYATNYA RIZQI KEBAIKAN

  • Apr 26, 2018
  • 4 min read

Updated: May 10, 2018





https://endahtyara.wixsite.com/damai


Kriiiiing.... Kriiiiing... Teleponku berbunyi, suaranya memang sayup-sayup karena handphone-ku selalu berbunyi pelan, atau ku-silent. Karena itu aku selalu tidak sempat mengangkat teleponnya. Tetapi aku selalu berusaha menelepon balik semua yang menghubungiku.

Oh….. ternyata ini dari seorang sahabat. Buru-buru aku menelepon balik. Setelah kata halo, tiba-tiba dia bertanya, "Pilih siapa, Bu, sebagai pemimpin negeri ini?" Dalam hatiku, kok tumben kenapa suaranya serius sekali ya? Aku menjawab sambil bercanda dalam bahasa Banyumas, "Inyong pilih yang pesan dagangan ke Inyong saja. Hahaha......", dengan harapan sahabatku, Pak Kris, tertawa mendengar jawabanku.

Namun, pak Kris tambah serius dan berkata, "Berarti ibu tidak punya prinsip. Ibu tahu nggak kalau keyakinan kita dilecehkan oleh lawan kita?" Suaranya tegang. Hilang aura canda tawa, tidak lagi seperti sebelumnya.De Kris (aku panggil De karena dia jauh lebih muda) ini biasanya suka sekali bercanda.

Aduuuh, kupegang dadaku, kenapa jadi serius sekali? kenapa jadi panas? Kenapa jadi tidak nyaman? Ternyata ini yang dibicarakan oleh kakak Indi.Banyak sekali orang beradu argumen di grup-grup WA atau media sosial lainnya. Perdebatan ini terjadi antara follower yang satu dengan follower yang lain atau lovers dan para haters.


"Begini de Kris . Dulu saya juga ekstrim menggebu-gebu sepertimu, dan fanatik terhadap sesuatu, akhirnya saya sering merasa tidak nyaman dalam hidup. Waktu selalu saya lalui dengan keresahan. Kadang perbedaan itu membuat kita tidak bisa mempraktikkan kearifan. Saya sekarang ingin mempelajari perbedaan dengan suasana batin yang lebih adem. Saya mempelajari program yang dibuat para calon dalam diam, sambil memohon petunjuk kepada Allah. Katakanlah berkomunikasi atau berdiskusi tentang hal ini pun saya sudah tidak meledak-ledak seperti dulu lagi...”. Dalam perbedaan pendapat, saya tidak ingin selalu menjadi yang diikuti. Memang tidak mudah disaat membenci yang kita anggap tidak benar, tetapi fokus pada ketidak benarannya... bukan berarti membenci perilakunya lalu dijadikan satu paket dengan orangnya." Di ujung telepon sana de Kris diam, sepertinya sedang mendengarkan. Lalu aku melanjutkan, "Seperti halnya kita membenci kemaksiatan tetapi tidak membenci individunya. Boleh jadi orang yang melakukan kemaksiatan itu juga dalam kondisi terpaksa. Batin dan keadaannya lebih sakit dari kita, atau sedang diperdaya oleh kekuatan yang lain, boleh jadi dia meronta-ronta ingin kembali ke jalan yang benar. Sama halnya seperti kita membenci kebijakan bos perusahaan, kita tidak perlu membenci produk canggih yang dijualnya. Karena jabatan dan kebijakannya itu cuma sementara dan akan terus silih berganti. Tapi produk atau hasil karya yang sedang diolah oleh anak bangsa tetap harus kita akui dan hargai. Jangan pernah menyatukan kebencian pada perilaku dengan serta merta membenci segala-galanya tentang hal itu."

Tak hanya itu, aku mulai menggebu-gebu, "Saya berkeyakinan yang tidak jujur, tidak adil, tidak arif, dan yang congkak, akan segera ditumbangkan oleh dashyatnya kekuatan Allah dan suara rakyat." Aku melanjutkan, "Jabatan atau kehormatan adalah rezeki. Di kala kita tidak adil, tidak arif, tidak jujur, maka bersiap siaplah masuk dalam lubang kepahitan dan kehancuran dan pasti akan menjadi pribadi yang tidak dihargai sepanjang hidup sampai ke keturunannya...itu semua sudah hukum alam."

Tut... Tut... Tut... Mati, pulsaku habis, karena bicaraku panjang. aku isi pulsa lagi, aku telepon ke putri dan menantuku. "Nak, jangan membahas politik atau apa saja dengan ketegangan ya….. Jangan bahas dengan kebencian, kepada siapa saja, biar kamu tidak letih dan energi baikmu akan bisa diterima walau oleh orang-orang yang berseberangan denganmu sekalipun. Karena di kala energimu buruk, maka akan mudah sekali menular kepada anak-anakmu. Jadikanlah anak-anak mampu merangkul perbedaan dengan arif bijaksana seperti Muhammad bin Idris, pengikut Nabi kita, yang selalu menyadarkan ketidakbenaran, perbedaan dengan arif bijaksana, bahwa kelembutan bisa mengalahkan kemarahan dan angkara. "Suro Diro Joyo Ningrat Lebur Dening Pangastuti" yang artinya kurang lebih, "Angkara dan kemurkaan akan dapat dikalahkan oleh kelembutan, kasih sayang dan kebaikan."


Hati yang damai dan lembut juga merupakan rezeki. Kebaikan-kebaikan yang tumbuh subur di hati kita juga rezeki. Kita harus banyak bersyukur. Rezeki itu tidak hanya harta. Dalam keadaan sulit penuh keterbatasan, itu juga rezeki. Mungkin jika dalam keadaan sebaliknya, justru membuat kita kufur, sombong, angkuh bahkan lupa diri. Amal baik tidak harus dengan harta, bisa dengan tulus menyayangi, membantu orang lain dengan tenaga, memberi motivasi kepada orang lain, itu pun rezeki.

Dengan tetap bersyukur, maka Allah akan memberikan bonus rezeki. Walaupun rambut kita sudah memutih dan beruban dan kita bertambah tua tetapi aura kita tetap tenang, tetap gembira, memberi kedamaian dan manfaat untuk banyak orang lain, itu juga rezeki.


Tubuh yang sehat, adalah rezeki. Bahkan saat diuji dengan sakit. Karena sakit itu juga bentuk lain dari rezeki karena sakit adalah penggugur dosa. Bukankah sebuah rezeki jika dosa-dosa kita digugurkan? Bila kita mendapatkan kiriman kajian tausiah keagamaan atau yang memotivasi, menyemangati, atau mengajak dalam kebaikan itu juga rezeki karena kita bisa mendapatkan ilmu darinya. Justru yang harus kita waspadai adalah ketika hidup kita berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, padahal begitu banyak hak Allah yang belum mampu atau tidak kita tunaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (Al-Hadid - 57:20).



"Daripada memposting kegalauan atau konflik, lebih baik kita berdagang seperti Nabi kita."

Aku sempat terkagum kagum melihat postingan keponakanku, Princess Mirta yang masih aku anggap anak-anak, dan ia langsung dia posting banyak sekali gambar dari beraneka model produk jualannya. Nama produknya "mimitspreibadcover"..........


https://endahtyara.wixsite.com/damai

 
 
 

Comments


“Penutur Kehidupan”, itulah cita-cita yang sedang terus dipelajarinya. Ia kuliah di Universitas Kehidupan (”Live University”), mengambil Fakultas ”Keikhlasan”, Jurusan ”Pikiran dan Tindakan Positif”. Pekerjaan sehari-hari adalah wiraswasta, khususnya pengadaan seragam di kantor BUMN, Bank dan Rumah Sakit. Diwaktu luang saya hobby menulis, kisah sejati yang menyentuh, menyemangati dan menginspirasi. Cita-cita tertinggi adalah Husnul Khotimah. (akhir yang baik)

Join my mailing list

© 2018 by The Book Lover. Proudly created with Endah Tyara

bottom of page